MEMPERSIAPKAN GENERASI TERBAIK MUSLIM
Rabu, 07 Februari 2018 20:47 WIB | 6314 Views
Bagaimana kami bisa berharap generasi muslim masa depan bisa menjadi pemimpin jika startnya saja sudah tertinggal jauh? Bagaimana kami bisa berharap kaum muslim menguasai ilmu dan teknologi jika pendidikan dasarnya saja kalah? Disini kami merasa tertampar.
Di suatu hari yang indah, jaman dahulu kala anak-anak batch 1 masih kecil-kecil, kami sekeluarga bertamasya ke daerah Lembang..seperti keluarga bahagia pada umumnya. Afra dan Arsyad masih balita, Akhyar sekitar 9 tahunan.
Lalu, mampirlah kami di suatu tempat bernama Rumah Sosis (entah sekarang masih ada nggak ya?). Demi melihat anak-anak lain membawa sosis segede-gede gaban, anak-anak kami pun tertarik. (Dulu saya belum jualan sosis premium tanpa MSG itu). Lalu kami pun menikmati sosis sambil melihat-lihat bagian belakang wahana. Ada dua kolam renang disitu. Kolam dewasa yang cukup besar dan kolam anak-anak yang pendek dan bertabur bola plastik aneka warna. Tentu saja anak-anak kami tertarik dan berterjunan di kolam kecil. Ya mereka seperti emaknya belum berani juga di kolam dewasa. Mereka ribut kesana kemari lempar-lemparan bola.
Sampai beberapa saat kemudian kami memperhatikan seorang anak kecil, mungkin 7 tahunan beretnis keturunan sedang asyik berenang di kolam dewasa. Saya tertegun..what the tuuut...why...why..? Saya yang orang darat tulen ini ga pernah kepikiran sama sekali bahwa seorang anak kecil bisa berenang di kolam dalam. Wong saya aja ga bisa ????.
Kami pun pulang dengan masygul...malu..ya malu..bukankah Rasul kami yang menyuruh anak-anak diajari berenang? Kenapa kami dengan konyolnya hanya membiarkan mereka berkecipuk kecipak seperti bebek?
Di perjalanan pulang, dan hingga beberapa hari kemudian, saya dan suami membahas hal ini. Bukan hanya berenang, tapi juga hal lain. Kami cek kembali skill dan kapasitas anak-anak kami di bidang lain. Matematika, olahraga, sains, bahasa asing, skill dan keahlian khusus. Dan terpaksa kami kembali menelan ludah. Kami kalah jauh..ya kalah jauh dengan mereka. Padahal Allah mengamanahkan kami anak-anak yang cerdas. Tapi mengapa kami lalai?
Bagaimana kami bisa berharap generasi muslim masa depan bisa menjadi pemimpin jika startnya saja sudah tertinggal jauh? Bagaimana kami bisa berharap kaum muslim menguasai ilmu dan teknologi jika pendidikan dasarnya saja kalah? Disini kami merasa tertampar.
Kami pun segera melakukan rapat keluarga. Berbagai strategi baru kami buat. Kami tanya anak-anak, mau, bersedia dan sanggup belajar apa? Kami ajari mereka, atau kami carikan tempat belajar. Kami buat program untuk mengejar ketinggalan.
Terseok kami berlari. Saat kami merasa sudah bisa sesuatu, dan melihat mereka lagi, saat itu pun kembali kami merasa kalah. Kembali kami tertampar..usaha kami ternyata masih belum cukup. Kelak ini salah satu yang menyebabkan kami memutuskan memilih jalur homeschooling.
Hingga saat ini, kami masih kalah jauh. Mendengar anak mereka menyelesaikan grade 9 piano sebelum usia 10 tahun, kami merinding. Mendengar anak mereka tembus kampus terbaik di dunia, kami gemetar. Mendengar anak mereka mulai menguasai bisnis start up kami gamang. Mendengar anak mereka menguasai berbagai bahasa asing kami degdegan. Mendengar anak-anak mereka merajalela di berbagai olimpiade sains kami terpuruk. Mendengar mereka menemukan teknologi baru yang bisa menguasai dunia, kami pun luruh. Allah..ampuni kami. Ampuni kami yang belum mampu mendidik anak-anak kami untuk menjadi khalifah di bumi mu.
Mendengar sebagian anak-anak Muslim kembali ke jaman batu saat percaya bumi itu datar, kami pun beristighfar. Kesedihan yang dalam merasuk hati. Ya Allah..jangan kau adzab kami karena kebodohan kami. Ya Allah, lindungi anak-anak kami dari penguasaan manusia dan dari fitnah dajjal.
Parenting dan Anak Lainnya
-
Membiasakan shalat subuh
Adzan subuh berkumandang..Abi dan Kak Arsyad sudah berangkat ke masjid. Kakak Afra pun bersiap melangkah ke masjid. "Ga ngajakin dedenya, Kak?" tanya saya. "Oo.." Afra pun melangkah ke kamar Bibing. "Bing..bangun, Bing..ke masjid yuk.." Ajak kakak. "Aaah...uuuhh." Bibing malas bangun. "Ayo mau ke masjid nggak?" tanya Kakak. Bibing menggeleng sambil tidur. "Ya udah, kakak duluan yaa.." ujar Kakak. Bibing mengangguk ga peduli. "Bibingnya ga mau, Mi.." kata Kak Afra sambil bergegas ke masjid. Ya sudahlah, pikir saya. Toh masih di bawah umur ini. Belum juga 6 tahun. Diajak sih tetep, kalau ga mau diajak ya sudah..ga usah dipaksa. Iqamah mulai terdengar, saya bersiap shalat di rumah. Terdengar langkah kecil bergegas terhuyung-huyung menuruni tangga. ???? Alhamdulillah..ternyata Bibing menyusul ke masjid. Terkadang kita suka under estimate sama anak kecil..padahal the power of anak kecil itu ga bisa diremehin ????.
-
3 Cara Sukses Membaca Kisah Untuk Anak Bagi Orang Tua Baru
Membacakan kisah dan cerita kepada anak sebaiknya dilakukan sejak ia masih bayi dan beranjak balita. Tapi Apakah anak mengerti cerita yang dibacakan? Caroline Blakemore, penulis Baby Read-Aloud Basics berkata bahwa ketika si kecil mendengarkan kisah akan mendorong kemampuan berbahasa dan visualnya. Selain itu, anak juga akan merasa terhibur. Namun faktanya, hanya sedikit orangtua yang mau melakukan kegiatan ini bersama anaknya. Survei yang dilakukan Commonwealth Fund di Amerika Serikat menyebutkan, hanya 39% orangtua yang membacakan cerita untuk anak-anaknya setiap hari. Sementara 16% orangtua lainnya tidak pernah membacakan cerita untuk anaknya.
-
4 Alasan yang Harus Diketahui Ayah Bunda Mengapa Anak Enggan Bercerita
Kejadian pulang sekolah .... "hai dek tadi belajar apa?" "Ya sama kayak kemarin lah ma" Mama bertanya lagi "gimana tadi di sekolah" Adek jawab "ya gitulah ma" Mama masih penasaran dan melanjutkan pertanyaannya "kabar teman teman adek hari ini" Adek menjawab "ya asyik asyik aja" dan kemudian si adik pergi begitu saja, serta tinggallah mama yang gigit jari hehe ????
-
Tangisan Umar Bin Khatab
Umar Ibnul Khattab radhiallahu anhu adalah sosok yang memiliki tubuh kekar, watak yang keras dan berdisiplin yang tinggi serta tak kenal gentar. Namun di balik sifat tegasnya tersebut beliau memiliki hati yang lembut.