Parenting dan Anak Sygma Daya Insani

Ibu, Jadilah Teladan Adab untuk Anakmu

Ibu, Jadilah Teladan Adab untuk Anakmu

Selasa, 27 November 2018 14:33 WIB | 12028 Views

Tentang bersikap pada anak, selayaknya orang tua memiliki spontanitas yang tepat. Di depan mataku bukan hanya renggutan, tapi juga cubitan. Spontanitas biasanya terbentuk dari kebiasaan. Mungkin bukan kali pertama sang ibu mencubit anak, oleh berbagai sebab.

Ibu, Jadilah Teladan Adab untuk Anakmu.

Oleh ida Nur Laila

 

Ibu muda dan putri kecil cantik berambut keriting itu menjadi tamuku hari ini. Mereka punya keperluan yang akhirnya kulayani di ruang tamuku yang tak terlalu besar.

Obrolan kami cukup panjang, tak terasa berlalu sekitar satu jam.

 

Tiba2...

Cerrr....

Putri kecil itu mengompol di sofa.

"Hei, kenapa kamu enggak bilang-bilang kalau pengin pipis!"

Kulihat wajah merah padam dari sang ibu muda. Aku tak tahu apakah ia malu, atau marah.

Namun yang lebih mengejutkan bagiku, bukan bab pipis si anak, tapi reaksi spontan sang ibu.

"Nakal kamu, ya!" Berulang ia mengatakan itu, lantas menepuk bokong si anak, lanjut mencubiti paha si anak.

Tentu saja putri 3 tahun itu menangis menjerit-jerit kesakitan.

 

Saya jadi sibuk bin deg-degan. Sibuk mengambilkan lap untuk menyerap ompol dan melarang ibu itu melanjutkan aksi cubitan.

"Mbak, jangan dicubiti dong, kasihan! Saya punya anak, belum ada yang saya cubiti."

"Habis nakal, pipis sembarangan!" Ia masih menggerutu dan bersegera membawa putrinya ke toilet.

 

Setelah semua beres, kami berganti topik.

"Bolehkah saya membahas perkara ompol ini?"

"Iya boleh ust..."

 

Saya merasa perlu mengingatkan, sebab Rasulullah juga melakukan hal serupa. Maka saya kisahkan ketika seorang shahabiyah yang membawa bayinya pada Rasulullah untuk didoakan, bayi itu mengompol dalam pangkuan Rasulullah, dan sang ibu merenggutnya dengan kasar.

Kecintaan shahabiyah pada Rasulullah menyebabkan ia tak ingin Rasulullah kena air kencing bayinya lebih banyak lagi. Namun Rasulullah tidak berkenan. Beliau bersabda bahwa air kencing, bisa dibasuh oleh air. Tetapi luka jiwa anak akibat renggutan, itu akan membekas.

 

Tentang bersikap pada anak, selayaknya orang tua memiliki spontanitas yang tepat. Di depan mataku bukan hanya renggutan, tapi juga cubitan. Spontanitas biasanya terbentuk dari kebiasaan. Mungkin bukan kali pertama sang ibu mencubit anak, oleh berbagai sebab.

 

Tentang toilet training, bukan hanya bab tuntutan orang tua agar anak mengenali rasa ingin pipis, atau berani bilang saat datang kenginan itu, tetapi ortu menfasilitasi.

Misal, saat akan bepergian, orang tua meminta anak untuk pipis dulu. Jika perjalanan agak lama, maka sampai di lokasi, ditawari pipis lagi. Jika bertamu atau berkegiatan cukup lama, tiap dua jam, tawarkan untuk pipis. Jiak anak belum mau, jangan dipaksa. Katakan pada anak, jika dia berasa ingin pipis, diminta bisik-bisik pada ibu untuk menyampaikan keinginan.

Namun jika lewat 3 jam, usahakan untuk membujuk agar anak mau diajak ke kamar mandi. Biasanya sampai kamar mandi, anak akan pengin pipis dengan sendirinya.

 

Sikap ibu yang spontan tidak selalu didasari oleh frame mendidik, kadang rasa malu atau gengsi lebih dominan. Malu karena mengotori rumah orang lain, malu karena merepotkan dll, yang terjadi anak menjadi sasaran kemarahan akibat ego ibu. Menghukum anak secara spontan, tanpa kesepakatan itu tidak semestinya. Apalagi kesalahan anak kecil terkadang lebih karena kecelakaan atau ketidaksengajaan.

 

Hati-hati ya, jika ingin anak beradab, ibu semestinya mencontohkan adab. Semoga kita bisa mengontrol diri menjadi ibu yang bijak. Menjadi teladan dan guru adab bagi anak kita.

Amiin.

Produk Pilihan

Paket Balita Berakhlak Mulia (BBM).

Detail
Rekomondasi Blog