Bisnis dan Keuangan Sygma Daya Insani

Kejujuran yang Dicontohkan Rasulullah  SAW  Dalam Bermuamalah

Kejujuran yang Dicontohkan Rasulullah SAW Dalam Bermuamalah

Oleh Azar | Kamis, 11 Agustus 2016 02:23 WIB | 524741 Views

Pertama, kejujuran. Dalam melakukan transaksi bisnis Muhammad SAW menggunakan kejujuran sebagai etika dasar. Gelar al-Am?n (dapat dipercaya) yang diberikan masyarakat Makkah berdasarkan perilaku Muhammad SAW pada setiap harinya sebelum ia menjadi pelaku bisnis. Ia berbuat jujur dalam segala hal, termasuk menjual barang dagangannya.

Kejujuran yang Dicontohkan Rasulullah SAW Dalam Bermuamalah

Keberhasilan Muhammad SAW dalam berbisnis dipengaruhi oleh kepribadian diri Muhammad SAW yang dibangunnya atas dasar dialogis realitas sosial masyarakat Jahiliyyah dengan dirinya. Berikut etika bisnis Muhammad dalam praktek bisnisnya antara lain:

Pertama, kejujuran.  Dalam  melakukan  transaksi  bisnis  Muhammad SAW menggunakan kejujuran sebagai etika dasar. Gelar al-Am?n (dapat dipercaya) yang diberikan masyarakat Makkah berdasarkan perilaku Muhammad SAW pada setiap harinya sebelum ia menjadi pelaku bisnis. Ia berbuat jujur dalam segala hal,  termasuk  menjual  barang  dagangannya. 

Cakupan  jujur  ini  sangat  luas, seperti tidak melakukan penipuan, tidak menyembunyikan cacat pada barang dagangan, menimbang barang dengan timbangan yang tepat, dan lain-lain. Kejujuran  Muhammad  SAW dalam  bertransaksi dilakukan dengan cara menyampaikan kondisi riil barang dagangannya. Ia tidak menyembunyikan kecacatan  barang  atau  mengunggulkan  barang  daganganya,  kecuali  sesuai dengan  kondisi  barang  yang  dijualnya.  Praktek  ini  dilakukan  dengan  wajar dan  menggunakan  bahasa  yang  santun. 

Beliau tidak  melakukan  sumpah untuk  menyakinkan  apa  yang  dikatakannya,  termasuk  menggunakan nama Tuhan. Ketika Muhammad SAW menjual dagangan di Syam, ia pernah bersitegang dengan  salah  satu  pembelinya  terkait  kondisi  barang yang  dipilih  oleh pembeli tersebut. Calon pembeli berkata kepada Muhammad SAW , “Bersumpahlah demi Lata dan Uzza!” Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak pernah bersumpah atas  nama  Lata  dan  Uzza  sebelumnya.” 

Penolakan  Muhammad  SAW dimaklumi oleh  pembeli  tersebut,  dan  sang  pembeli  berkata  kepada  Maisarah,  “Demi Allah, ia adalah seorang Nabi yang tanda-tandanya telah diketahui oleh para pendeta kami dari kitab-kitab kami.”

Dalam konteks sekarang, sekilas kedengarannya aneh bahwa kejujuran merupakan  sebuah  prinsip  etika  bisnis  karena  mitos keliru  bahwa  bisnis adalah kegiatan tipu menipu untuk meraup untung besar. Memang etika ini agak  problematik  karena  masih  banyak  pelaku  bisnis sekarang  yang  mendasarkan  kegiatan  bisnisnya  dengan  cara  curang,  karena  situasi  eksternal atau  karena  internal  (suka  menipu).  Sering  pedagang menyakinkan  kata-katanya  disertai  dengan  ucapan  sumpah  (termasuk  sumpah  atas  nama Tuhan).

Padahal kegiatan bisnis yang tidak menggunakan kejujuran sebagai etika bisnisnya, maka bisnisnya tidak akan bisa bertahan lama. Para pelaku bisnis  modern  sadar  bahwa  kejujuran  dalam  berbisnis adalah  kunci  keberhasilan,  termasuk  untuk  mampu  bertahan  dalam  jangka  panjang  dalam suasana bisnis yang serba ketat dalam bersaing.

Tradisi  buruk  sebagian  bangsa  Arab adalah tidak bersikap jujur  (berbohong)  dalam menjajakan  barang  dagangannya. Barang yang  cacat  tidak diberitahukan  kepada  calon  pembelinya. Penimbangan barang  tidak  tepat atau  penimbangan  barang  antara  barang  kering  dan  basah. 

Cara-cara  perdagangan  mereka  masih  terdapat  unsur  penipuan.  Dalam  kondisi  praktek mal-bisnis (kecurangan bisnis) seperti ini, Muhammad SAW muncul sebagai pelaku bisnis yang mengkedepankan kejujuran, yang kemudian hari mengantarkannya sebagai pemuda yang memiliki gelar al-am?n

Comments
  • Reply
    11 Agustus 2016 at 04:40 WIB (GMT +7)

Produk Pilihan

Paket Wahana Bermain Anak Cerdas (WBA.

Detail
Rekomondasi Blog