Informasi SDI Sygma Daya Insani

Wisata Syariah Jalur Udara Menjadi Prospek yang Menguntungkan

Wisata Syariah Jalur Udara Menjadi Prospek yang Menguntungkan

Oleh administrator | Senin, 27 Maret 2017 10:20 WIB | 96882 Views

Ayah Bunda wisata syariah mulai jadi primadona. Maskapai penerbangan pun kini melirik potensi besar di balik wisata syariah ini. Rayani Air, masakapai penerbangan "syariah" asal Malaysia misalnya. Demi menangkap potensi pasar wisatawan Muslim, maskapai yang baru beroperasi pada 20 Desember 2015 lalu ini, pada 2017 mendatang berencana melayani rute internasional. Padahal saat ini maskapai ini baru melayani rute domestik di Malaysia.

Ayah Bunda wisata syariah mulai jadi primadona. Maskapai penerbangan pun kini melirik potensi besar di balik wisata syariah ini.
 
Rayani Air, masakapai penerbangan "syariah" asal Malaysia misalnya. Demi menangkap potensi pasar wisatawan Muslim, maskapai yang baru beroperasi pada 20 Desember 2015 lalu ini, pada 2017 mendatang berencana melayani rute internasional. Padahal saat ini maskapai ini baru melayani rute domestik di Malaysia.
 
“Untuk itu, sumber-sumber dana mulai dicari, baik dari pinjaman maupun investor termasuk pertambangan sumber dana dari pasar modal,” kata Managing Director Rayani Air, Jaafar Zamhari, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin.
 
Menurutnya, setelah memiliki dua pesawat boeing 237-400, Rayani Air akan menambah dua pesawat boeing 737-800 untuk layanan tahun depan. Rayani Air, akan terbang ke Manila, Yakarta, Pruket, dan Tiruchirapaillin di Selatan India.
 
Rayani Air,  yang mayoritas kepemilikannya dipegang pasangan suazi istri, Ravi Alagendrran dan Karihiyani Govindan, yang merupakan bos pengusaha logam Terus Maju Metal, ini bermodal 1,1 juta dólar Amerika Serikat (AS). Mereka juga ingin melayani rute penerbangan Eropa dan jamaah haji dalam 10 tahun ke depan.
 
Menurut Riset Crescent Rating dan MasterCard, langkah Rayani Air tidaklah mengherankan, lantaran belanja wisatawan Muslim yang hanya 145 miliar dolar AS pada 2014 akan meningkat menjadi 200 miliar dolar AS pada 2020. Ini pula yang menggoda Saudi Arabian Airlines mempertimbangkan penawaran saham perdana mereka ke Publik.
 
Sementara, Emirates dan Garuda Indonesia menjual sukuk dengan total 12 miliar dólar AS sejak 2008. AirAsia Bhd menyiapkan penerbitan sukuk untuk menjaring dana satu miliar ringgit. Dalam laboran keterbukaan bursa efek, AirAsia Bhd menyampaikan penggunaan dana itu ditujukan untuk modal kerja, pembiayaan kembali sejumlah pinjaman, pemenuhan ekuitas, investasi korporasi, dan pengeluaran lain.
 
“Pelancong Muslim akan mencari maskapai mana yang memenuhi kebutuhan mereka. Ini jelas potensi bisnis bagi maskapai,” kata CEO Riset Crecent Rating Fazal Bahardeen.
 
Fazal mengungkapkan, peluang yang sama juga ditangkap negara-negara mayoritas non Muslim. Maskapai syariah berbasis di Inggris yang didirikan pengusaha Bangladesh, Kazi Shafigur Rahman, dikabarkan juga akan mulai beroperasi pada 2016 ini untuk melayani rute Asia Selatan.
 
Di sisi lain, menurut perusahaan konsultan bisnis Malaysia, Amanah Capital Group Ltd, maskapai syariah juga menghadapi tekanan yang sama dengan maskapai biasa. Malaysia Airlines Bhd, yang tarifnya setara dengan Rayani Air merumahkan 6000 karyawan pada Juni tahun 2015 lalu, dan melakukan efisiensi hingga 20 persen pascadua tragedi pada 2014.
 
”Namun tantangan terbesar maskapai syariah adalah bagaimana menjaring pasar non Muslim. Ini soal memberi persepsi yang benar soal syariah dengan mutu layanan yang kompetitif bagi siapa saja,” ungkap CEO Amanah Abas Al Jalil.
 
Sumber: suara-islam.com
 

Informasi SDI Lainnya
Produk Pilihan

Paket Balita Berakhlak Mulia (BBM).

Detail
Rekomondasi Blog