Inspirasi Sygma Daya Insani

10 Tujuan Istimewa Raja Salman ke Indonesia

10 Tujuan Istimewa Raja Salman ke Indonesia

Oleh administrator | Senin, 27 Februari 2017 09:28 WIB | 97329 Views

Ayah Bunda, sejak dua minggu terakhir, media-media Indonesia menyorot persiapan kunjungan Raja Salman ke Indonesia, yang konon istimewa dan luar biasa. Hampir semua kunjungan Raja Saudi ke sebuah negara, persiapannya memang begitu. Kunjungan Raja Salman ke Indonesia awal Maret 2017 memang memiliki keistimewaan tertentu, sebagai berikut:

Ayah Bunda, sejak dua minggu terakhir, media-media Indonesia menyorot persiapan kunjungan Raja Salman ke Indonesia, yang konon istimewa dan luar biasa. Hampir semua kunjungan Raja Saudi ke sebuah negara, persiapannya memang begitu. Kunjungan Raja Salman ke Indonesia awal Maret 2017 memang memiliki keistimewaan tertentu, sebagai berikut:
 
Pertama, kunjungan itu mungkin untuk "menebus kesalahan” absennya kunjungan Raja Saudi ke Indonesia selama 47 tahun (periode ini sama dengan satu generasi). Kunjungan Raja Faisal pada tahun 1970. Artinya, ada tiga Raja Saudi yang tidak pernah berkunjung ke Indonesia (Raja Khaled, Raja Fahd, Raja Abdullah). Padahal hampir semua Presiden Indonesia pernah berkunjung ke Saudi. Dan terakhir, kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Saudi pada September 2015.
 
Kedua, di Timur Tengah saat ini, memang sedang berproses wacana untuk membentuk semacam "koalisi Sunni" yang relatif permanen, yang melibatkan 4 negara: Indonesia, Turki, Mesir, Saudi (gabungan total penduduk sekitar 435 juta: Indonesia 255 juta, Mesir 75 juta, Turki 73, dan Saudi 32 juta).  
 
Ketiga, karena itu, kunjungan Raja Salman bisa diposisikan sebagai upaya mengcounter – jika perlu mungkin untuk membendung pengaruh kunjungan Jokowi ke Iran pada Desember 2016. Kira-kira Saudi ingin mengatakan, “Indonesia, semua keuntungan yang kalian dapatkan dari Iran, bisa dipenuhi oleh Saudi”. Mungkin karena itulah, delegasi rombongan Raja Salman, hampir melibatkan para pejabat untuk membuka kerjasama dengan Indonesia di semua lini.
 
Keempat, kerjasama Indonesia-Saudi di bidang ekonomi, selama ini, memang tidak/belum memiliki "mekanisme permanen". Tidak ada hotline antara Bina Graha dan Istana Kerajaan di Saudi. Dan Jika hal ini (hotline ekonomi) tidak diagendakan, maka follow-up kunjungan Raja Salman mungkin akan datar-datar saja.  
 
Kelima, salah satu indikator utama untuk menilai apakah Indonesia sukses memanfaatkan secara positif kunjungan Salman adalah keluarnya kebijakan Kerajaan yang menormalkan kembali kuota jumlah jamaah haji Indonesia (1 persen dari jumlah penduduk Muslim per tahun). Persoalan kuota jemaah haji ini sangat serius, sebab daftar tunggu calon haji di Indonesia, di beberapa provinsi, bahkan sudah mencapai 30 tahun.
 
Keenam, secara tekonologi, saya berani memastikan Indonesia jauh lebih maju dibanding Saudi. Kalau Anda berkunjung ke kota-kota Saudi, memang akan terkesan modern. Tapi hampir semua kemajuan itu dioperasikan oleh tenaga asing. Boleh dibilang, Saudi adalah negara pembeli teknologi, bukan pengelola apalagi produsen teknologi.
 
Ketujuh, setiap manfaat selalu ada sisi negatifnya. Secara sosial keagamaan, muncul kekhawatiran bahwa bila Saudi Arabia hadir di Indonesia “dengan kekuatan penuh”, maka salah satu implikasinya adalah perkembangan kelompok-kelompok yang biasa disebut penganut Wahhabisme. Terkait hal ini, ada kubu keagamaan yang mungkin akan merasa cukup terganggu: kalangan Nahdliyyin dan komunitas Syiah (Tapi uraian soal ini membutuhkan beberapa artikel tersendiri).
                                                                                             
Kedelapan, akibat perkembangan global sejak beberapa tahun terakhir, Saudi memang sedang menjejaki negara tujuan investasi alternatif. Seperti diketahui, sejak tahun 1970-an, investasi Arab Saudi yang bernilai triliunan dolar terfokus ke Amerika dan Eropa Barat.
 
Kesembilan, di bidang pariwisata, memang banyak warga Saudi yang menghabiskan masa liburannya di Indonesia, di Bali atau di puncak Bogor. Tapi pengalaman saya beberapa kali berkunjung ke Arab Saudi, sejak tahun 1990-an, banyak sekali generasi muda Saudi yang lebih akrab menyebut tujuan wisata di Malaysia (misalnya Langkawi), dibanding Bali dan Lombok.
 
Kesepuluh, salah satu karakter utama Saudi dalam membangun hubungan dan kerjasama dengan negara-negara lain adalah karakter kerajaan. Dan setiap kerajaan, sentuhan keluarga intinya tentu sangat menentukan. Dan untuk memahami karakter seperti di diperlukan pendalaman tersendiri.
 
Kira-kita begitu sepuluh gambaran kasar tentang tujuan dan rencana di balik kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Dengan catatan, setiap rencana kerjasama strategis antara dua negara, tentu tidak akan langsung berjalan mulus hanya melalui satu-dua-tiga kali kunjungan.
 
Sebagai tuan rumah, kita mengucapkan: ahlan wa marhaban (selamat dan sambutan hangat) untuk Raja Salman dan rombongan selama berada di Indonesia.

Sumber: Syarifuddin Abdullah |Ahad, 26 Februari 2017
 

Comments
Inspirasi Lainnya
Produk Pilihan

Paket Buku Pintar Iman & Islam (B.

Detail
Rekomondasi Blog