Kisah Hikmah Sygma Daya Insani

Kisah Luar Biasa Khadijah Dalam Menenangkan Kegelisahan Rasulullah SAW.

Kisah Luar Biasa Khadijah Dalam Menenangkan Kegelisahan Rasulullah SAW.

Oleh administrator | Kamis, 01 Desember 2016 04:38 WIB | 106409 Views

Ayah Bunda, Khadijah adalah sosok wanita hebat yang mendampingi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hingga akhir hayat. Selama bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Khadijah melewati berbagai kejadian dari masa yang membahagiakan hingga masa sulit. Seperti apakah sikap Khadijah saat suaminya gelisah? Ini kisahnya:

Kisah Luar Biasa Khadijah Dalam Menenangkan Kegelisahan Rasulullah SAW.

Ayah Bunda, Khadijah adalah sosok wanita hebat yang mendampingi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hingga akhir hayat. Selama bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Khadijah melewati berbagai kejadian dari masa yang membahagiakan hingga masa sulit. Seperti apakah sikap Khadijah saat suaminya gelisah? Ini kisahnya:

Saat itu sudah malam. Langit kota Makkah pada abad ke-7  begitu gelap. Namun, ada yang tak biasa. Ada yang tak beres. Seorang lelaki tergopoh-gopoh, berlari-lari kecil. Tubuhnya sempoyongan tak keruan, berusaha mempertahankan keseimbangannya di suasana yang sudah pekat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid dengan menggigil. Wajahnya pusat pasi, sangat parah. Seakan-akan beliau melihat hantu yang sangat menyeramkan. Keringatnya mengucur deras sampai-sampai membasahi jubahnya. Tak biasanya beliau berperilaku seperti ini. Ada apa gerangan?

Sampai di depan rumahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan keras, bertalu-talu, dengan tempo yang begitu cepat. Ketukan dengan suara tinggi dan tempo yang cepat menandakan suasana yang darurat. Tak lama kemudian, terdengar langkah tergopoh-gopoh. Sesaat kemudian ada orang yang keluar. Ah, dia seorang wanita. Wajahnya teduh tegas. Namun, demi melihat suaminya pucat, wajahnya ikut-ikutan menjadi pucat.

Ia bingung, tapi dalam sekejap ia berhasil mengendalikan emosinya. Kini ia berpikir cepat, apa yang harus kulakukan dalam situasi seperti ini? Oh, ya, aku harus mempersilakan suamiku masuk ke rumah dahulu. Itulah yang penting.
“Khadijah..” seru Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam panik, “selimuti aku! Selimuti aku!”

Khadijah binti Khuwailid dengan sigap menyelimuti suaminya. Sesegera mungkin, secepat mungkin. Sudah, begitu saja. Khadijah binti Khuwailid tidak bertanya apa yang membuat suaminya yang begitu terpuji ini mengalami gelisah yang sangat. Ada gerangan apa? Walaupun banyak pertanyaan yang menggelayutinya sekarang, ia perlu menahan dirinya.

“Tidak, tidak…” batin Khadijah binti Khuwailid pada dirinya sendiri. “Saat ini, aku tidak boleh bertanya pada suamiku. Ia perlu ketenangan, itulah yang ia butuhkan. Bertanya kepadanya hanya akan membuat kepalanya tambah kacau”.

Malam itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidur dengan tenang setelah diselimuti oleh Khadijah. Esok paginya, saat masih subuh menjelang dan jalanan Makkah masih gelap, Khadijah keluar rumah. Pintunya berderit sedikit menandakan ada orang yang keluar dari rumah secara diam-diam. Khadijah berjingkat pelan. Ia tidak mau membangunkan suaminya yang masih kelelahan akibat kejadian semalam.

Tujuan Khadijah tiada lain adalah menuju rumah Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah binti Khuwailid. Waraqah, menurut para ulama, adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat paham tentang agama Nasrani asli. Ia adalah pengikut murni Yesus dan memandang bahwa Yesus bukanlah Tuhan melainkan hanya seorang nabi dan Rasul-Nya. Waraqah berada di jalan yang lurus.

Maka, setelah mengetuk pintu rumah Waraqah dan masuk, Khadijah pun menceritakan kejadian yang dialami suaminya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Waraqah menceritakan bahwa suaminya adalah nabi terakhir yang ditunggu umat manusia.

“Demi Allah, andaikan aku masih hidup saat ia diangkat menjadi nabi, tentu aku akan membelanya dengan seluruh jiwa dan ragaku!”, tegas Waraqah kepada Khadijah.

Khadijah binti Khuwailid pulang dengan perasaan kalut terhadap apa yang dikatakan sepupunya. Rasulullah adalah seorang nabi? Rasulullah, suaminya, adalah Rasul terakhir yang ditunggu umat manusia? Ini kabar yang sangat mengejutkan dirinya.

Namun, Khadijah binti Khuwailid segera menata pikirannya kembali. Ia kembali ke rumah dan menuturkan semuanya kepada suaminya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang kini telah menjadi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia pun menyemangati suaminya, mendukungnya. Kelak, kita menemukan bahwa Khadijah binti Khuwailid menjadi penolong awal-awal dari dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

Sumber: abi-ummi.com

Produk Pilihan

Paket 64 Sahabat Teladan Utama (64 ST.

Detail
Rekomondasi Blog