

Haji Wada
Oleh Reni Haerani | Selasa, 13 September 2016 05:35 WIB | 15986 Views
Sudah berulang kali membaca kisah ini tapi reaksinya selalu sama, membuat mata ini germis (meminjam kata-kata seseorang ). Hati ini selalu bergemuruh, dengan perasaan campur aduk, membayangkan kebahagiaan kaum Muslimin yang dapat merasakan ibadah haji bersama dengan suri tauladan kita Rasulullah sholallohu ???alaihi wa sallam.�Rasa rindu yang teramat dalam terhadap sosok beliu yang begitu agung dan mulia.
Ketika wukuf di Arafah, beliau menyampaikan khutbahnya yang disaksikan sekitar 144 kaum Muslimim yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji tanpa bercampur dengan kaum Musyrikin. Pada saat itu ayat terakhir Al Qur'an turun.
“... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Al-Maidah(5):3).
Dari potongan ayat di atas, kata “Kusempurnakan ..” yang dimaksud adalah sempurna dalam kewajiban dan hukum. Berarti dibawah pengawasan langsung Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam dan Madinah sebagai pusat pemerintahannya, maka kaum Muslimin pun dengan tenang dapat menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan hukum Islam yang telah benar-benar sempurna.
Tapi hal ini justru membuat Umar bin Khattab menangis, alsannya tidak lain karena apabila sesuatu telah sampai pada titik kesempurnaan, maka yang akan datang adalah suatu kemunduran. Selain itu, apabila agama ini telah benar-benar sempurna maka ini berarti tugas Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam telah usai dan masa perpisahan telah dekat. Tidak ada yang mampu menahan kesedihan ini, hampir semua sahabat menangis, gelisah dan ketakutan saat membayangkan hari-hari kedepan tanpa Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam. Dan memang demikianlah keadaannya.
Beberapa hari kemudian Rasullullah sholallohu 'alaihi wa sallam pun mulai sakit. Itu artinya masa perpisahan itupun telah tiba. Baru sampai disini saja mata ini sudah sembab, tidak mampu menahan butiran-butiran air mata yang tetiba mengalir membasahi pipi. Hati pun meronta-ronta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. untuk di berikan kesempatan dipanggil menajadi tamu-Nya, menunaikan ibadah haji dan menapaki jejak-jejak sejarah perjuangan Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan agama tauhid ini.
Dan berharap besar bisa menjadi bagian dari perjuangan untuk bisa meraih lagi masa kegemilangan Islam di akhir zaman seperti yang telah di sampaikan Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam
"Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam Ahmad]
Aamiin yaa mujibassaailiin..
Kisah Hikmah Lainnya
-
Bunda Khadijah
Bunda Khadijah wanita mulia yang selalu mendampingi Rosulullah SAW hingga akhir hayatnya.
-
Perang Badar
Perang Badar merupakan perang pertama yang terjadi di Bulan Ramadhan. Perang tersebut melawan antara kaum musyrikin dan kaum muslimin. Jumlah prajurit antara kaum musyriki dan kaum muslimin adalah 1:300
-
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Seringkali kita mendengar seseorang yang belum melakukan kebaikan atau belum menunaikan syariah Islam beralasan "Belum mendapat hidayah."
-
Cara Rasululah Menyayangi Anak-anak
Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita bagaimana sebaiknya orang tua mengasuh anak-anak. Yakni pola asuh yang didasari oleh kasih sayang dan kelemahlembutan. Anak diasuh bukan dengan perilaku maupun kata-kata kasar yang dapat mencederai harga diri anak tersebut. Berikut ini beberapa contoh
linda ([email protected])
ReplyBagus tulisannya, menggugah paparannya
linda ([email protected])
ReplyBagus tulisannya, menggugah paparannya