Kisah Hikmah Sygma Daya Insani

Membongkar Keberhasilan Bunda Kurnia Dalam Memandirikan Anaknya, Fayyadh

Membongkar Keberhasilan Bunda Kurnia Dalam Memandirikan Anaknya, Fayyadh

Oleh administrator | Jum'at, 21 Oktober 2016 06:26 WIB | 119477 Views

Mandiri adalah salah satu karakteristik seorang pemimpin. Orang tua tentu akan bangga jika mempunyai anak bisa mandiri layaknya seorang pemimpin. Mandiri bukan hanya dalam artian berani melakukannya sendiri namun termasuk berani jauh dari orang tua. Biasanya, anak lepas dari orang tuanya ketika disa sudah belajar di perguruan tinggi atau menikah. Namun proses melepas ini membutuhkan perjuangan. Ada yang orang tuanya malah tidak tega, atau sebaliknya. Bagaimanapun hidup mandiri berpisah dengan orang tua membutuhkan pengorbanan.

Membongkar Keberhasilan Bunda Kurnia Dalam Memandirikan Anaknya, Fayyadh


Mandiri adalah salah satu karakteristik seorang pemimpin. Orang tua tentu akan bangga jika mempunyai anak bisa mandiri layaknya seorang pemimpin. Mandiri bukan hanya dalam artian berani melakukannya sendiri namun termasuk berani jauh dari orang tua.

Biasanya, anak lepas dari orang tuanya ketika disa sudah belajar di perguruan tinggi atau menikah. Namun proses melepas ini membutuhkan perjuangan. Ada yang orang tuanya malah tidak tega, atau sebaliknya. Bagaimanapun hidup mandiri berpisah dengan orang tua membutuhkan pengorbanan.

Demikian yang dilakukan Bunda Kurnia terhadap anak pertamanya. Melepas anaknya, Fayyadh untuk belajar di Pondok Pesantren Gontor bukanlah hal yang mudah. Bunda kurnia dan suaminya sangat berharap Fayyadh bisa mandiri di sana selain bekal ilmu yang didapatkannya. Bagaimana agar Fayyadh betah disana dan jauh dari kedua orang tuanya? Inilah coretan Bunda Kurnia:

Abang sayang, buku ini Ummi berikan agar goresan cinta ummi dan abi bisa kau baca dan rasakan setiap saat. Jaga baik baik ya buku ini. Lima belas tahun usia anakku telah siap untuk menjadi “duta agama” ini. Demikianlah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkanku mengasuh dan mendidik anakku.
Abang Fayyadh sayang, umi tahu kamu akan menjadi pemimpin bagi umat ini. Kamu akan menjadi seperti Muadz Bin Jabal, duta pertama Rasulullah menuju Yaman, yang sanggup berpikir cepat dan tanggap.

Kamu juga akan menjadi sehebat Mush’ab Bin Umair, duta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menuju Yastrib sehingga menjadi Madinah Al Munawarah. Dialah sosok lelaki yang rela meninggalkan kemewahan untuk menjadi prajurti Allah yang cerdas dan sederhana, meski dunia bisa saja ia genggam.
Kamu akan menjadi setangguh Abu Dzar Al Ghifari duta pemberani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang sanggup berdakwah di kampungnya sendiri, padahal itu adalah negeri perampok. Dialah lelaki yang menjadi handraul maut aman dilalui banyak manusia.

Kamu akan sekaya Abdurrahman bin Auf, duta ekonomi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di Madinah dia membuka pasar yang gratis uang sewa. Dialah sosok lelaki kaya lagi dermawan.

Jadilah kau duta agama ini sayang. Kau sedih? Ingatlah betapa banyak nikmat Allah SWT dilimpahkan kepadamu. Perbanyaklah mengucapkan hamdalah.
Kalau kamu merasa sepi, ingatlah kau tak sendiri. Doa umi dan abi selalu menemani, malaikat-malaikat senantiasa menjagamu, dan Allah selalu mengawasimu dan mengabulkan doa-doamu.

Bersiaplah menjadi ulama besar umat ini!

Kalimat indah diatas merupakan tulisan Bunda Kurnia untuk anaknya Fayyadh ketika melepas menuntut ilmu di Gontor. Ditulis pada buku agenda yang sangat manis sebagai amunisi kerinduan dan semangat Fayyadh untuk tetap bertahan belajar di pondok pesantren.

Setiap kali berkunjung disana, Bunda Kurnia senantiasa mengisi buku tadi dengan mutiara kata yang menjadikan Fayyadh anaknya termotivasi untuk lebih mandiri dan berkarakter layaknya pemimpin. Masalah baju atau timba yang hilang di pondok bukanlah masalah yang merisaukan lagi. Karena apa? Fayyadh adalah anak yang tangguh, pemimpin yang besar, ulama yang ikhlas berdakwah karena Allah.

Sugesti seperti itu terus dihembuskan Bunda Kurnia di hati anaknya melalui buku itu. Buku ajaib sebagai anchor dalam proses hypnoparenting yang dahsyat efeknya. Buktinya sekarang Fayyadh sudah menampakkan kapasitasnya di pondok pesantren. Kemandiriannya terasah baik. Kemampuan agamanya pun terbilang bagus. Layaknya menjadi ulama besar umat ini seperti yang dicita-citakan orang tuanya.

Meski jarang bertemu, hypnoparenting tetap bisa dilakukan karena kedekatan hati orang tua dan anak.
 
Sumber: hypnoparenting Islami – Mandidik Berbasis Qur’ani.

Comments
  • Safikhatus Soleha ([email protected])

    Reply
    26 Oktober 2016 at 03:35 WIB (GMT +7)

    MashaAllah...doanya benar2 menggetarkan jiwa..
    Bunda tauladan...
    Patut di jadikan contoh...

  • bekti kristiani ([email protected])

    Reply
    22 Oktober 2016 at 06:43 WIB (GMT +7)

    Subhanalloh, semoga menjadi ulama besar di masa sekarang, demikian pula mudah2an bisa menular ke anak saya, amiin. Yook bunda kita mencetak generasi muda yang cinta islam.

  • bekti kristiani ([email protected])

    Reply
    22 Oktober 2016 at 06:42 WIB (GMT +7)

    Subhanalloh, semoga menjadi ulama besar di masa sekarang, demikian pula mudah2an bisa menular ke anak saya, amiin. Yook bunda kita mencetak generasi muda yang cinta islam

  • Endang Limawati ([email protected])

    Reply
    22 Oktober 2016 at 00:22 WIB (GMT +7)

    Luar biasa...pingin tiru ah, positifnya, motivasinya. Bismillah

  • Ratna Yuarita ([email protected])

    Reply
    21 Oktober 2016 at 23:38 WIB (GMT +7)

    Subhanallah, mohon nomer kontak utk mengisi acara ibu ibu

  • Siti rahayu ([email protected])

    Reply
    21 Oktober 2016 at 15:16 WIB (GMT +7)

    Takjub&terharu saat membaca kisah bunda dg ananda... membayangkan jikalau kelak saya dan kedua anak laki2 kami dan semoga kami bisa spt itu...
    terimakasih bunda atas kisahnya..indah sekali...

Produk Pilihan

Paket Buku Pintar Iman & Islam (B.

Detail
Rekomondasi Blog