MENJELASKAN PORNOGRAFI PADA ANAK
Rabu, 07 Februari 2018 20:52 WIB | 5701 Views
Bagaimana sebaiknya menjelaskan pornografi pada anak-anak? Apakah menggunakan bahasa vulgar seperti dalam materi sex education di barat? Banyak orangtua bingung menjelaskan tentang pornografi, tapi juga takut anak-anak terpapar pornografi.
Bagaimana sebaiknya menjelaskan pornografi pada anak-anak? Apakah menggunakan bahasa vulgar seperti dalam materi sex education di barat?
Banyak orangtua bingung menjelaskan tentang pornografi, tapi juga takut anak-anak terpapar pornografi.
Bagi kita ummat Muslim, pornografi ataupun sex education bisa kita ajarkan secara bertahap sejak dini, tentunya secara bertahap. Sejak balita, anak-anak bisa diperkenalkan konsep aurat. Apa yang boleh dan tidak boleh dilihat, siapa yang boleh dan tidak boleh melihat, situasi dan kondisi apa yang bisa dikecualikan, dll.
Anak usia TK dapat diajarkan mengenai sentuhan baik dan sentuhan buruk. Jelaskan bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain, seperti apa sentuhannya. Jelaskan pula bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, dan seperti apa sentuhan yang tidak diperbolehkan.
Anak berusia 7 tahun harus sudah dilatih memiliki rasa malu, terutama terkait aurat utama. Jangan biarkan anak-anak berada di tempat umum tanpa busana memadai. Usahakan anak sudah bisa menggunakan toilet secara mandiri, tanpa bantuan sama sekali, di usia 5 tahun.
Saat ini, anak-anak usia SD sudah memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Sejak usia SD, anak sudah harus diajari adab bergaul dengan lawan jenis. Ajarkan anak untuk tidak terbiasa menyentuh lawan jenis, apalagi sampai menyentuh bagian intim.
Menjelang usia baligh, anak sudah harus paham mengenai batasan pergaulan. Tidak berduaan, menyepi, berpacaran, apalagi sampai melakukan hal yang dilarang agama.
Jika semua tahap ini bisa diadaptasi dengan baik, tanpa harus berbusa menjelaskan tentang pornografi pun in syaa Allah anak-anak kita akan terjaga. Mereka akan paham batasan-batasan yang ada dalam aturan agama, dan bisa membentengi diri mereka dari pengaruh negatif pergaulan.
Jika mereka bertanya tentang istilah pornografi, kita tinggal sedikit saja menjelaskan pornografi sebagai gambar, video, tulisan atau media lain yang mengumbar aurat orang yang berbusana minim dan tidak pantas dan hal itu dilarang agama.
Parenting dan Anak Lainnya
-
MEMPERSIAPKAN GENERASI TERBAIK MUSLIM
Bagaimana kami bisa berharap generasi muslim masa depan bisa menjadi pemimpin jika startnya saja sudah tertinggal jauh? Bagaimana kami bisa berharap kaum muslim menguasai ilmu dan teknologi jika pendidikan dasarnya saja kalah? Disini kami merasa tertampar.
-
Membiasakan shalat subuh
Adzan subuh berkumandang..Abi dan Kak Arsyad sudah berangkat ke masjid. Kakak Afra pun bersiap melangkah ke masjid. "Ga ngajakin dedenya, Kak?" tanya saya. "Oo.." Afra pun melangkah ke kamar Bibing. "Bing..bangun, Bing..ke masjid yuk.." Ajak kakak. "Aaah...uuuhh." Bibing malas bangun. "Ayo mau ke masjid nggak?" tanya Kakak. Bibing menggeleng sambil tidur. "Ya udah, kakak duluan yaa.." ujar Kakak. Bibing mengangguk ga peduli. "Bibingnya ga mau, Mi.." kata Kak Afra sambil bergegas ke masjid. Ya sudahlah, pikir saya. Toh masih di bawah umur ini. Belum juga 6 tahun. Diajak sih tetep, kalau ga mau diajak ya sudah..ga usah dipaksa. Iqamah mulai terdengar, saya bersiap shalat di rumah. Terdengar langkah kecil bergegas terhuyung-huyung menuruni tangga. ???? Alhamdulillah..ternyata Bibing menyusul ke masjid. Terkadang kita suka under estimate sama anak kecil..padahal the power of anak kecil itu ga bisa diremehin ????.
-
3 Cara Sukses Membaca Kisah Untuk Anak Bagi Orang Tua Baru
Membacakan kisah dan cerita kepada anak sebaiknya dilakukan sejak ia masih bayi dan beranjak balita. Tapi Apakah anak mengerti cerita yang dibacakan? Caroline Blakemore, penulis Baby Read-Aloud Basics berkata bahwa ketika si kecil mendengarkan kisah akan mendorong kemampuan berbahasa dan visualnya. Selain itu, anak juga akan merasa terhibur. Namun faktanya, hanya sedikit orangtua yang mau melakukan kegiatan ini bersama anaknya. Survei yang dilakukan Commonwealth Fund di Amerika Serikat menyebutkan, hanya 39% orangtua yang membacakan cerita untuk anak-anaknya setiap hari. Sementara 16% orangtua lainnya tidak pernah membacakan cerita untuk anaknya.
-
4 Alasan yang Harus Diketahui Ayah Bunda Mengapa Anak Enggan Bercerita
Kejadian pulang sekolah .... "hai dek tadi belajar apa?" "Ya sama kayak kemarin lah ma" Mama bertanya lagi "gimana tadi di sekolah" Adek jawab "ya gitulah ma" Mama masih penasaran dan melanjutkan pertanyaannya "kabar teman teman adek hari ini" Adek menjawab "ya asyik asyik aja" dan kemudian si adik pergi begitu saja, serta tinggallah mama yang gigit jari hehe ????