

Rajinlah Menjawab Jika Anak Bertanya
Minggu, 15 April 2018 20:50 WIB | 4223 Views
Anak Anda terus saja bertanya mengapa, meski Anda tak selalu dapat menjawab. Kok balita tidak bosan-bosan bertanya, ya?
RAJINLAH MENJAWAB JIKA ANAK BERTANYA Anak Anda terus saja bertanya mengapa, meski Anda tak selalu dapat menjawab. Kok balita tidak bosan-bosan bertanya, ya? Selalu ingin tahu. Anda kerap frustrasi dan kesal dengan pertanyaan "mengapa". Memang begitu. Tuhan menciptanya juga sudah begitu. Mungkin itu jawaban Anda atas pertanyaan balita empat tahun, Mengapa bintang ada di atas? Mengapa kuku kucing tajam? Mengapa ada angin? dan seterusnya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, Anda frustrasi karena dua hal. Pertama, Anda tidak tahu jawaban sebenarnya. Kedua, Anda bingung menyusun kalimat sederhana yang dapat dimengerti anak. Akar dari rasa frustrasi ini adalah kesalahpahaman Anda terhadap bahasa anak, dan Anda berpikir ketika anak bertanya mengapa, sama seperti orang dewasa bertanya "mengapa". Jawaban sebab-akibat yang Anda berikan kepada anak pun jauh dari tujuan, dan anak pun gagal terpuaskan. Pahami bahasa anak. Saat lahir, satu-satunya cara anak berkomunikasi adalah dengan menangis. Ia menggunakan bunyi yang sama untuk mengatakan "saya lapar", "saya bosan", "popok basah nih" dan "Ibu, sini dong." Keajaiban terjadi saat Anda mulai paham makna tangis bayi, dan menandai setiap tangisannya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginan berbeda. Ibarat dua penari yang masih canggung pada awalnya, Anda dan anak kian mahir dalam saling memahami. Saat anak mulai belajar berkata-kata, kata-kata belum digunakan secara tepat seperti halnya orang dewasa. Ketika anak mengatakan "anjing", yang dimaksud adalah semua binatang. Tetapi, dengan berkembangnya keterampilan anak bicara, ia berbicara seperti orang dewasa. Ini terjadi bersamaan dengan berkembangnya rasa ingin tahu balita. Bertanya terus. Anak-anak sangat ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi. Pertanyaan "mengapa" yang mereka ajukan sebenarnya bagian dari perkembangan perbendaharaan katanya. Sejak usia tiga tahun, anak menunjukkan kehausannya untuk memahami dunia sekitar. Ia sangat ingin berkomunikasi. Anak usia ini juga sangat termotivasi untuk belajar. Kata "mengapa" bukan semata untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk berkomunikasi. Di usia empat tahun, kata "mengapa" langsung dikaitkan dengan sesuatu seperti, "Mengapa anjing menggonggong?" Yang ada dalam pikiran anak saat ia bertanya "mengapa" adalah "Wah, menarik sekali. Ceritain dong, anjing itu apa?" Anak-anak usia ini tidak butuh penjelasan sebab-akibat. Mereka hanya butuh perhatian dan ingin Anda bercerita apa saja tentang sesuatu yang ditanyakan. Menambah perbendaharaan kata. Pertanyaan "mengapa" yang terus-menerus memang melelahkan. Anda kerap berharap "mengapa" itu segera berakhir. Meski begitu, Anda tetap perlu sabar. Menjawab pertanyaan atau sekadar bercerita tentang topik yang diajukan anak merupakan "makanan" bagi rasa ingin tahunya. Jawaban-jawaban Anda juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak dan memberi pemahaman lebih baik tentang arti kata. https://www.ayahbunda.co.id/bayi-psikologi/rajinlah-menjawab-jika-anak-bertanya
Parenting dan Anak Lainnya
-
AYAHBUNDA, APAKAH RASULULLAH TAK LAGI MENARIK ?
Tulisan dari Ustad Adriano Rusfi ini sangat menohok. Semoga kita, orangtua, mampu mengenalkan sosok Rasulullah. Sehingga sosok Beliau menarik bagi kids jaman now yang sangat membutuhkan teladan.
-
Mengawali Pendidikan Anak dari Rumah
Terkait dengan pendidikan iman, ada hal besar yang harus dilakukan orang tua, segera sejak anak mulai mengerti, yaitu menautkan anak anak dengan ikatan- ikatan : * Rukun Iman * Rukun Islam * Syariat
-
Naudzubillah, Anakku ....
Bun, tahu kan ya, dunia permedsosan baru ramai soal ibu yang baca puisi mengaku tidak kenal syariat Islam? Naudzubillahi min dzalik, jangan sampai anak keturunan kita tidak mengenal syariat Islam. Gimana caranya, agar anak kita mengenal syariat Islam. Hanya ada satu cara, ajarkan. Bagaimana cara mengajarkannya? Ikuti ulasan tulisan berikut ya :)
-
Efek Gadget dan Efek Buku (lanjutan)
Anak umur 0-2 tahun tidak boleh terpapar tekhnologi sama sekali. Anak umur 3-5 tahun hanya boleh menggunakan tekhnologi hanya satu jam sehari. Dan anak umur 6-18 tahun dibatasi dua jam per hari (Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada)