Mengenal Ancaman Kekerasan pada Anak: Kasus Kekerasan Seksual di Indonesia
Oleh Sygma Inovation | Senin, 11 Maret 2019 11:28 WIB | 85427 Views
Kekerasan seksual, termasuk juga kekerasan emosional, verbal, dan fisik dapat berasal dari luar rumah. Perkembangan teknologi informasi memudahkan kekerasan masuk ke dalam rumah Anda. Apalagi jika anak Anda merupakan Generasi Alfa atau generasi yang disebut sebagai ???Digital Native??? yang terbiasa memakai gawai sejak usia dini. Ingin tahu ancaman kekerasan lainnya pada anak selain kekerasan seksual? Simak artikel selanjutnya, ya.
Tahukah Anda bahwa kekerasan seksual terhadap anak oleh orang dewasa dikenali sepanjang sejarah? Terlebih lagi di zaman serba teknologi ini. Jika orang tua bercita-cita menjadikan anak mereka generasi yang cerdas akal dan mulia akhlaknya, kekerasan seksual ini perlu diwaspadai. Kekerasan seksual (sexual abuse) adalah satu dari empat ancaman kekerasan pada anak.
Pelecehan seksual pada anak telah menjadi sorotan publik dalam beberapa dekade terakhir. Sejak tahun 1970-an pelecehan seksual dan penganiayaan anak diakui sebagai ancaman kekerasan pada anak. Tiga ancaman lainnya yaitu kekerasan fisik, emosional dan kekerasan verbal.
Nah, sebagai orang tua tentu Anda tidak ingin hal ini terjadi pada buah hati tercinta. Untuk mengenali ancaman kekerasan seksual pada anak, coba simak contoh kasus di bawah ini.
Pelecehan seksual pada anak bisa terjadi mulai dari usia dini. Perhatikan contoh kasusnya di Indonesia. Di awal tahun 2019, Kalimantan Timur diterpa berbagai kasus ‘Pelecehan Seksual’ terhadap anak yang terjadi di sejumlah kabupaten atau kota di provinsi tersebut.
Kasus ini menjadi salah satu gambaran nyata minimnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak di Indonesia. Jika ditelisik, sebenarnya masih banyak kasus lainnya yang terjadi. Namun, tidak pernah sampai kepada pihak yang berwajib dengan berbagai macam pertimbangan dan alasan.
Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kalimantan Timur mencatat dalam satu tahun terakhir, kekerasan seksual terhadap anak jumlahnya mencapai ratusan kasus. Data 2016 terjadi 130 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Kasus ini meningkat pada tahun 2017 menjadi 242 kasus, sedangkan di tahun 2018 ada 154 kasus.
Pelecehan terhadap anak bisa terjadi karena kurangnya pengawasan dari keluarga. Orang tua pun kadang melakukan kekerasan terhadap anaknya atau membiarkan hal tersebut terjadi, tanpa mereka sadari.
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan; ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan, atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Terry E. Lawson, seorang psikolog dan penulis buku Parenting: What We Need to Know to Make a Difference membagi kekerasan terhadap anak menjadi beberapa jenis, salah satunya ‘Kekerasan Seksual”. Apa itu ‘Kekerasan Seksual’?
Kekerasan Seksual (Sexual Abuse)
- Terjadi jika seseorang melibatkan, membujuk, atau memaksa anak dalam kegiatan seksual, termasuk mendorong anak berperilaku hal-hal yang tidak pantas.
- Kekerasan dapat terjadi secara langsung terhadap kemaluan dan anggota tubuh anak dengan atau tanpa pakaian.
- Kekerasan seksual juga termasuk paparan aktivitas seksual; pembuatan film dan prostitusi.
- Studi Neuroimaging membuktikan kekerasan seksual masa kanak-kanak memengaruhi perkembangan otak, menyebabkan perbedaan anatomi otak dan fungsi yang berdampak pada kesehatan mental yang negatif seumur hidup.
- Kekerasan seksual pada masa kanak-kanak terkait dengan banyak konsekuensi psikolog jangka panjang, termasuk di antaranya adalah bunuh diri, gangguan stress pascatrauma (PTSD), depresi, attention-deficit/hyperactivity disorder, gangguan perilaku (conduct disorder), intergenerational effects, ketidakstabilan afektif, dan penyalahgunaan narkotika.
Ingin tahu ancaman kekerasan lainnya pada anak selain kekerasan seksual? Simak artikel selanjutnya, ya.
Parenting dan Anak Lainnya
-
Buat Orang Tua: Mengenal Konsep Neurosains dalam Pengasuhan Anak
Apa itu neurosains? Barangkali konsep ini belum dikenal oleh orang tua di zaman now. Jika ditelaah, neurosains bisa diterapkan ketika orang tua mengasuh anak mereka: Generasi Alfa. Generasi baru ini dilahirkan dari generasi milenial dan dianggap sebagai ???digital native??? Menarik, bukan? Di artikel berikut, orang tua perlu mengenali ancaman apa saja yang bisa terjadi pada buah hati mereka di zaman now. Apa saja? Simak terus bahasannya, ya.
-
3 Tantangan Mendidik Generasi Alfa di Zaman Now
Apa itu Generasi Alfa? Generasi Alfa adalah generasi yang lahir dan tumbuh besar setelah tahun 2010. Mereka adalah anak-anak hasil pengasuhan generasi milenial. Mereka sangat cerdas dan familiar dengan teknologi. Bahkan generasi ini dikenal pula sebagai generasi ???Digital Native???. Jangan heran jika tantangan mendidik Generasi Alfa cukup beragam. Anda sebagai orang tua perlu memahami karakteristik generasi tersebut. Namun, cerdas akalnya saja tidak cukup. Masalah ???parenting??? di dunia terjadi akibat anak tak memiliki budi pekerti yang baik.
-
Pertanyaan Itu Ada Untuk Di Jawab
"Allah itu bentuknya seperti apa Ma? Allah itu laki-laki atau perempuan? Kenapa kita harus sholat? Kenapa ada laki-laki kenapa ada perempuan? Ma kenapa mama tidak ikut sholat?" Pernah mendapatkan pertanyaan serupa dari si kecil?
-
SOMETIMES WE FORGET THAT PARENTING, LIKE LOVE, IS A VERB
Kadang kita lupa bahwa cara mengasuh anak, layaknya seperti cinta, adalah kata kerja. Perlu usaha dan kerja untuk memberikan hasil yang positif. Ada banyak kesadaran diri yang perlu dilibatkan untuk menjadi orang tua yang baik. Kita perlu melihat apa yang dilakukan ketika lelah, stres, dan ditarik sampai ambang batas. Tindakan kita ini dinamakan default setting--pembawaan alami--kita.