Ancaman Kekerasan pada Anak : Kekerasan Fisik dan Pengaruhnya pada Anak Usia Dini
Oleh Sygma Inovation | Senin, 08 April 2019 14:22 WIB | 84486 Views
Tanda-tanda kekerasan terhadap anak tidak selalu nampak jelas, dan mungkin tidak akan memberi tahu siapapun mengenai apa yang terjadi pada mereka. Namun, korban kekerasan fisik bisa diedukasi, diberikan pendampingan, dan terapi untuk memulihkan psikisnya.
Jumlah kekerasan terhadap anak setiap tahunnya cenderung meningkat. Media massa kerap mengungkap berbagai kasus kekerasan terhadap anak. Namun, masih banyak yang menutupi atau tidak melaporkannya.
Pelaku yang melakukan kekerasan pada anak biasanya adalah orang terdekat, yaitu keluarga dan pengasuh. Kadang, kekerasan diterima secara sosial karena dianggap sebagai bagian normal dari pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perilaku orang tua berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak ber-gender sama. Anak perempuan lebih banyak mendapat kekerasan dari ibunya, dibandingkan kekerasan oleh ayah. Begitu pula perilaku anak laki-laki yang terkait erat dengan pengalaman mereka bersama ayahnya.
Survei kekerasan terhadap anak di Indonesia pada kelompok umur 18 – 24 tahun yang mengalami kekerasan sebelum umur 18 tahun, menunjukkan dampak kesehatan yang muncul akibat tindakan itu. Perilaku dominan adalah perokok dan pemabuk, selain keinginan menyakiti diri dan bunuh diri.
Terry E. Lawson, seorang psikolog dan penulis buku Parenting: What We Need to Know to Make a Difference membagi kekerasan terhadap anak menjadi beberapa jenis, salah satunya kekerasan fisik (Physical Abuse).
Apa itu Physical Abuse (Kekerasan Fisik)?
- Terjadi ketika orang tua atau pengasuh memukul/menjewer/mencubit dan melakukan perbuatan yang menyakitkan fisik lainnya. Biasanya, dilakukan untuk mengondisikan anak sesuai keinginan orang tua atau saat anak ingin sesuatu.
- Anak dapat mengingat kekerasan fisik yang dilakukan terhadapnya.
- Penelitian University of Wisconsin menemukan bahwa anak yang memiliki kekerasan fisik memiliki amigdala dan hippocampus yang lebih kecil pada usia 12 tahun, daripada anak-anak tanpa riwayat stres. Mereka yang memiliki amigdala dan hippocampus terkecil juga memiliki masalah perilaku, seperti berkelahi atau bolos sekolah.
- Amigdala terlibat dalam pengaturan emosi, pengambilan keputusan, juga pengaturan emosi, juga penting untuk pembentukan ingatan. Hippocampus yang lebih kecil pada anak-anak yang mengalami pelecehan, bisa menghadirkan rintangan untuk belajar dan menghambat pembelajaran di sekolah.
Dengan adanya beberapa kasus kekerasan ini diharapkan orang tua bisa menciptakan lingkungan yang aman. Harapannya agar kelak sang buah hati tumbuh menjadi anak yang cerdas akalnya dan mulia akhlaknya.
Parenting dan Anak Lainnya
-
Ini Dia, 4 Tips Mendidik Generasi Alfa yang Perlu Diketahui Orang Tua
Dalam pembahasan di artikel sebelumnya telah dipahami mengenai 7 karakteristik generasi alfa. Dari berbagai karakteristik tersebut, orang tua perlu mewaspadai ancaman bagi perkembangan anak di masa depan. Disinyalir generasi ini memiliki kekurangannya sendiri, akibat penggunaan gawai sejak usia dini.
-
Ayah Bunda, Yuk Kenali 7 Karakteristik Generasi Alfa
Apa itu generasi alfa atau yang lebih dikenal sebagai generasi ???digital native???? Nah, ayah bunda yang memiliki anak di zaman now, perlu mengenali karakteristik mereka. Tentu harapannya agar kelak mereka tumbuh menjadi anak yang cerdas akal dan mulia akhlaknya. Sebelum mengenali karakteristik dari generasi ini, simak yuk pemahaman mengenai ???Generasi Alfa??? ini. Generasi alfa adalah anak-anak yang lahir dari tahun 2010 lalu. Generasi ini biasanya dilahirkan dari orang tua generasi milenial (kelahiran tahun 1981 sampai tahun 1995).
-
Pentingnya Pendidikan Akhlak Pada Tumbuh Kembang Anak
Keluarga adalah komunitas terkecil dalam sebuah kelompok masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga berperan pula sebagai lembaga pendidikan informal dalam membentuk generasi muda. Generasi yang diharapkan tumbuh menjadi anak yang cerdas akal dan mulia akhlaknya.
-
Mengenali 6 Kekerasan Emosional dan Pengaruhnya di Masa Depan Anak
Enam kekerasan emosional yang bisa terjadi pada anak, antara lain: 1) Penolakan pada anak 2) Sikap acuh atau mengabaikan anak 3) Meneror anak atau membuatnya gentar 4) Pengasingan pada anak 5) Pengaruh buruk atau negatif pada anak 6) Eksploitasi anak