Parenting dan Anak Sygma Daya Insani

Manfaat Belajar dengan Konsep Neurosains dalam Mendidik Anak Generasi Alfa

Manfaat Belajar dengan Konsep Neurosains dalam Mendidik Anak Generasi Alfa

Oleh Sygma Inovation | Senin, 22 April 2019 08:37 WIB | 110636 Views

Dalam artikel sebelumnya telah dibahas mengenai neurosains, yaitu metode belajar anak dengan mengacu pada sistem saraf di otaknya. Lalu, apa saja manfaat belajar dengan konsep neurosains bagi anak? Dan media yang tepat untuk menstimulasi sang buah hati? Cari tahu di sini, ya.

Ada beberapa manfaat yang didapatkan orang tua, bila menggunakan metode neurosains dalam mendidik anak. Ayah Bunda pun bisa mencontoh aktivitas yang dilakukan di rumah serta kaitannya dengan otak anak.
 
Namun, kenali dulu otak anak!
 
Ketika anak berusia 3 tahun sel otaknya telah membentuk sekitar 1.000 triliun jaringan koneksi atau sinapsis. Dua kali lipat jumlahnya, dibandingkan yang ada di sel otak orang dewasa. Saat orang tua memberikan rangsangan atau stimulus pada anak, sambungan baru terbentuk di otaknya. Bahkan memperkuat sambungan yang telah ada.
 
Inilah mengapa peranan orang tua dibutuhkan di masa keemasan anak.  Ayah Bunda tidak bisa gegabah memilih stimulus yang diberikan bagi buah hatinya. Rancang sejak anak berada dalam kandungan dan di tiga tahun pertama masa hidupnya.
 
Pada tahun 1990 sampai 2000, peneliti ramai mengeksloprasi otak. Diketahui bahwa otak terbagi ke dalam tiga aspek. Yaitu aspek rasional (Intelligence Quotient-IQ), aspek emosional (Emotional Quotient-EQ) dan aspek spiritual (Spiritual Quotient-SQ).
 
Penelitian pun menunjukkan bahwa otak kiri dan kanan bertanggung jawab bagi kecerdasan manusia. Otak kiri adalah pusat kecerdasan matematika dan bahasa. Meski untuk kemampuan matematika tidak melulu berada di otak kiri. Sedangkan kemampuan berbahasa berada di bagian Wernicke dan Brocca pada otak.
 
Kemampuan bermusik dan spasial terletak di otak kanan. Kecerdasan yang dimiliki para atlet atau disebut kinestetik, berada di motorik cortex cerebri. Kecerdasan yang berhubungan dengan interaksi antar manusia dan intra pribadi ditata pada sistem limbik. Dan dihubungkan oleh lobus prefrontal dan temporal, atau area pada otak manusia.
 
Profesor Psikologi bernama Howard Gardner membagi kecerdasan manusia ke dalam 7 jenis. Kemudian dia menambahkan dengan 3 lainnya. Yaitu kecerdasan antar pribadi, interpribadi, linguistik (bahasa), matematika, kinestetik, spasial, dan musik. Dan 3 kecerdasan penting lainnya adalah naturalis, eksistensia, dan spiritual.
 
Ketika orang tua merangsang otak anak dengan media yang tepat, seperti buku dan permainan, lambat laun kecerdasan mereka terlihat. Inilah manfaat utama dari belajar dengan konsep neurosains.
 
Orang tua dapat mengenali kecerdasan atau kemampuan apa yang menonjol pada anak. Sehingga anak bisa diarahkan untuk menggali serta mensyukuri bakatnya tersebut. Kelak, apabila dia berminat, bisa menjadi profesi tepat baginya di masa depan.
 
Setiap anak dianugerahi kecerdasan berbeda oleh Allah SWT, sesuai fitrahnya. Namun, orang tua dapat memperkenalkan beragam hal yang perlu anak ketahui dan eksplorasi sejak usia dini.
 
Ayah Bunda bisa memperkenalkan media dengan konsep neurosains pada anak sesuai usianya. Misalnya buku cerita bergeser, buku berjalur, buku berlipat, buku berbayang, buku berjendela, buku menghitung dan mencari, buku yang memaparkan fakta melalui cerita fiksi, buku yang dilengkapi dengan mainan, buku pop up, buku gunting tempel, dan sebagainya. Menarik, bukan?
 
Selain buku berkonsep tadi, Ayah Bunda pun dapat melengkapi sarana tumbuh kembang anak dengan permainan kreatif seperti puzzle atau kartu bergambar. Permainan yang merangsang sistem saraf di otak anak sehingga tumbuh dengan optimal.
 
Jadi, apakah Ayah Bunda tertarik menggunakan konsep neurosains dalam mendidik buah hati tercinta?  

Parenting dan Anak Lainnya
Produk Pilihan

Multi Set (24NR-RATU).

Detail
Rekomondasi Blog