

Mana yang Lebih Utama Bagi Musafir, Berpuasa atau Berbuka?
Oleh administrator | Senin, 22 Mei 2017 09:45 WIB | 96008 Views
Jumhur ulama berbeda pendapat tentang manakah yang paling baik bagi musafir, berpuasakah atau berbukakah? Sebagaimana berkata bahwa puasa adalah lebih utama. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Malik, dan Syafi???i. Ini bagi mereka yang kuat berpuasa dan tidak merasa berat. Alasan mereka, Nabi Shallallahu ???alaihi wasallam ketika itu berpuasa padahal dalam safar. Beliau tentu tidak melakukan suatu amal kecuali bahwa itu adalah lebih utama untuk dilakukan. Selain bahwa seseoran terkadang lalai untuk membayar qadhanya, lalu ajal menjeputnya dan ia belum membayar tanggungannya.
Alasan mereka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu berpuasa padahal dalam safar. Beliau tentu tidak melakukan suatu amal kecuali bahwa itu adalah lebih utama untuk dilakukan. Selain bahwa seseoran terkadang lalai untuk membayar qadhanya, lalu ajal menjeputnya dan ia belum membayar tanggungannya.
Al Auza’I, Ahmad, dan Ishaq berkta bahwa berbukalah lebih utama, dalam rangka mengamalkan rukhsah atau dispensasi. Allah senang bila rukhsahNya diamalkan. Dalam beberapa riwayat disebutkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
Hendaklah kalian mengamalkan dispensasi dari Allah yang diberikan kepada kalian.
Dalam kisah Hamzah Al-Aslami disebutkan,
Barangsiapa berbuka, itu lebih baik, dan barangsiapa berpuasa maka tidaklah mengapa.
Antara dua ungkapan di atas ada perbedannya.
Umar bin Abdul Aziz, Mujahid, dan Qatadah berkata, “Yang paling utama adalah yang paling ringan dikerjakan.” Pendapat ini sangat tepat, dan dipilih oleh Ibnul Mudzir. Sebagian ulama berpendapat bahwa ia bersifat pilihan antara berpuasa dan berbuka. Keduanya memiliki hak yang sama untuk diamalkan.
Barangkali, yang mendukung pendapat ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim dari Hamzah Al Aslami. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, saya pemilik kendaraan. Saya merawatnya, (ditengah perjalanan) saya kedatangan ini (yakni Ramadhan) sementara saya mendapati adanya kekuatan dan merasa lebih ringan berpuasa daripada mengguhkannya menjadi hutang.” “Kerjakan, mana saja yang kau kehendaki,” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
Sumber: fiqh puasa – Dr. Yusuf Qardhawi
Seputar Islam Lainnya
-
Minum Obat Penunda Haid Saat Ramadhan, Boleh Kah?
Sebagaimana kaum muslimah bertanya perihal hukum meminum obat penunda haid, juga obat-obatan yang dapat mencegah kehamilan. Apakah kaum Muslimah boleh meminumnya, agar mereka dapat mengerjakan ibadah puasa sebulan penuh dan qiyamulail, tidak terputus sehari pun dalam berpuasa atau qiyamulail?
-
Apakah Benar Malam Nisfu Syaban Adalah Malam Pengampunan Dosa?
Ayah Bunda, Bulan Sya???ban adalah salah satu bulan yang istimewa. Pada Bulan sya???ban adal malam yang disebut dengan malam nifu syaban. Dimalam ini terdapat malam yang disebut sebagai malam pengampunan dosa. Benarkah? Yuk kita cek hadistnya.
-
Keberhasilan Keluarga, Keberhasilan Ibu Mengelola Keuangan
Alquran menyerukan peranan, hak dan kewajiban ibu dengan sangat luar biasa, seperti di dalam ayat berikut: "Dan Kami memerintahkan kepada manusia supaya ia berbuat baik ke- pada kedua ibu-bapanya, ibunya mengandungkan dia dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah???" (QS. Al Ahqaf (46): 15).
-
Satu-satunya Wanita Palestina yang Mau Mencari Kehidupan di Laut Lepas
Ayah Bunda, yang sering kita dengar mengenai Palestina adalah pertempuran, pertumpahan darah, dan pembunuhan. Pernahkah Ayah Bunda mendengar perjuangan rakyat untuk bertahan hidup di Negara Palestina? Yuk kita simak! Dunia mungkin tidak mengenal namanya. Namun siapa saja yang pernah mengunjungi pelabuhan Gaza mungkin pernah melihat sosok Madleen Kullab (22). Sebab, ia merupakan satu-satunya nelayan perempuan di sana