

Pendidikan Karakter yang Diajarkan Nabi Ibrahim Kepada Ismail
Oleh administrator | Jum'at, 02 September 2016 01:44 WIB | 160659 Views
Mari perhatikan dengan saksama bagaimana Ibrahim menyampaikan perintah berat ini kepada anaknya. Dalam Al-Qur???an dengan sangat disebutkan kata-kata Ibrahim kepada Ismail yang bermakna sebagai beriktut:
Pendidikan Karakter yang Diajarkan Nabi Ibrahim Kepada Ismail
Oleh : R. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA
Masih ingat kisah Kurban Nabi Ibrahim?
Baca juga: “Penyembelihan Nabi Ismail a.s”
Mari perhatikan dengan saksama bagaimana Ibrahim menyampaikan perintah berat ini kepada anaknya. Dalam Al-Qur’an dengan sangat disebutkan kata-kata Ibrahim kepada Ismail yang bermakna sebagai beriktut:
“Duhai, Anakku sayang! Semalam ayah bermimpi menyembelihmu. Bagaimana menurut pendapatmu?”
Untuk bisa memahami pesan dalama konteks evaluasi pendidikan karakter dari dialog Ibrahim tersebut, harus dipahami terlebih dahulu bahwa mimpi para Nabi adalah wahyu. Jadi bukan sembarang mimpi. Ketika menyampaikan itu kepada Ismail, Ibrahim tidak menggunakan kata-kata, “Nak, ayah diperintah Allah untuk menyembelihmu.” Padahal sejatinya itu adalah perintah.
Ibrahim mengomunikasikan urusan penyembelihan itu dengan kata-kata bermimpi, seakan-akan penyembelihan itu datang dari dirinya sendiri bukan sebagai sebuah perintah Allah. Mengapa? Di sinilah tersimpan pesan bagaimana seorang ayah menguji karakter anaknya.
Menurut para ahli tafsir Al-Qur’an kenamaan seperti Ar-Razi, Al-Qurthubi, Ibn Katsir, ungkapan yang sedemikian rupa itu dikarenakan Ibrahim ingin menguji setaat dan sepatuh apa Ismail kepada seorang ayah. Dalam momen yang begitu penting, genting, dan dramatikal itu, Ibrahim yang telah mendidik Ismail dengan ajaran tauhid merasa perlu menguji karakter kepatuhan dan hormat seorang anak kepada orang tua.
Cara Ibrahim mengevaluasi karakter Ismail ternyata efektif. Ismail menunjukkan karakter patuh dan hormat kepada sang Ayah dengan memberikan jawaban yang makin membuat Ibrahim sayang dan cinta kepada Ismail,
“Ayah, lakukan saja apa yang diperintahkan kepada Ayah. Insya Allah, Ayah akan dapati aku sabar menghadapi ini.”.
Lalu bagaimana cara menerapkan metode Ibrahim ini dalam kehidupan kita sekarang?
Sebagai orang tua atau guru, tugas utama dalam membentuk karakter anak adalah menanamkan prinsip-prinsip tauhid dan akhlak dalam diri anak sedini mungkin. Ketika wahyu menyembelih diterima Ibrahim, Ismail saat itu baru berusia 13 tahun, seusia anak yang baru lulus SD. Dialog adalah cara terbaik mengajarkan hal ini seperti yang dicontohkan oleh Ibrahim. Ciptakan dialog-dialog tauhid dan karakter di rumah kita, di ruang makan, ruang istirahat, dan di kamar tidur anak. Bahkan dalam setiap kesempatan kita bersama anak.
Biasanya orang tua khawatir dengan perkembangan karakter anak, lalu dengan tergesa-gesa menyuruh kebaikan kepada anak dengan pendekatan doktrin atau bahkan intimidasi. Berikan kepercayaan kepada anak untuk menguji karakter mereka. Misalnya, sesekali biarkan anak berinternet untuk menguji bisakah anak menerapkan karakter yang telah dibangun di rumah saat ia berselancar di dunia maya.
Sesekali izinkan anak bermain ke luar rumah bersama temannya, untuk menguji bisakah anak menerapkan karakter peduli dan disiplin dalam pergaulan. Sesekali suruhlah anak melakukan sebuah tugas rumah, untuk menguji sepatuh apa kepada orang tua. Sesekali biarkan anak bersama adik-adiknya, untuk menguji karakter sayang dan tanggung jawab sebagai kakak.
Sumber: islampos
Seputar Islam Lainnya
-
Keadaan Pemuda di Zaman Rasulullah: ???Mush???ab bin Umair???
Keadaan Pemuda di Zaman Rasulullah: ???Mush???ab bin Umair??? Masa muda atau usia remaja adalah saat orang-orang mulai mengenal dan merasakan manisnya dunia. Pada fase ini, banyak pemuda lalai dan lupa, jauh sekali lintasan pikiran akan kematian ada di benak mereka.
-
Kejadian-Kejadian yang Membuat Rasulullah Shallallahu ???alaihi Wassallam Marah
Marah atau gembiranya Rasulullah Shallallahu ???alaihi Wassallam marah dapat dibedakan dari rona wajahnya, karena kulitnya sangat bersih. Bila marah, pelipisnya memerah. Bila marah dan saat itu sedang berdiri, ia duduk. Bila marah dalam keadaan duduk, ia berbaring. Seketika, hilanglah amarahnya.
-
Apakah Sama Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Haji ?
Sulit untuk memisahkan antara ibadah haji dengan Hari Raya Idul Adha. Meskipun seorang yang merayakan Idul Adha tidak harus berangkat haji ke baitullahil haram. Namun hubungan antara keduanya sangat erat.
-
Akhir hayat rasulullah
Saat Rasullulah menghadapi detik- detik terakhir kehidupannya, datanglah jibril untuk menemui Rasul menunggu kedatangan izrail. Lalu apakah yg terjadi selanjutnya
Sudaryanti
ReplySubhanallah. Tapi bagaimana ketika kita menguji karakter anak, misalkan dengan memberinya ksempatan bermain diluar, si anak tidak lulus dengan uji karakter tersebut. Apa yg harus kita lakukan pada step selanjutnya??