Tips Menarik Sygma Daya Insani

KISAH RAMADHAN

KISAH RAMADHAN

Oleh Fety Nurfetrianiek | Senin, 12 Maret 2018 18:12 WIB | 53181 Views

"Bun, akang haus, akang lapar..." dengan wajah mengiba. Deg, bagaimana caranya agar akang bisa tamat sampai magrib?

KISAH RAMADHAN

            Tak terasa, bulan ini sudah lewat purnama Jumadil Akhir. Berarti bersiap-siap menemui Rajab dan berdoa : Allahumma bariklana fi Rajaba wa Sya’ban wabalighna Ramadhan. Tapi kalau dari beberapa literature, ternyata 6 bulan sebelum Ramadhan,  para sahabat berdoa agar bisa bertemu bulan Ramadhan. Jadi tak ada salahnya jika kita berdoa dan berharap dari sekarang, agar Allah izin kan Ramadhan bersama kita, dan kita dapat meraih Lailatul Qodar. Aamiin.

            Ingat Ramadhan, jadi ingat tingkah polanya anak-anak. Ada yang menyimpan krupuk saking kabita- lapar mata disiang hari. Disimpan di laci tanpa dimasukan kedalam plastic atau toples. Kebayang kan gimana bentuk dan rasanya pas magrib tiba?!

            Jika Aa Faaris bisa tamat syaum sampai magrib, buatku itu betul-betul tanpa campur tanganku. Aa memang ga doyan makan. Lebih tertarik baca buku, atau main lego, menyusun balok atau ikut percobaan di dapur bersama bunda.

Lain Aa, lain akang. Memang aku tak boleh membandingkan. Akang dengan postur tubuhnya yang lebih subur, dan setiap hari rajin bertanya,

“Bunda, hari ini masak apa? “ sambil dia buka lemari makanan. Otomatis bukan hanya masakan, tapi aku harus rajin membuat snack selingan.

Siang itu, matahari berada tepatdi atas kepala, waktunya aku menjemput akang di TK A yang jaraknya sekitar 15 menit kalau berjalan kaki. Tumben, tidak seperti biasanya, akang yang lincah berlari atau biasanya bercerita sepanjang perjalanan pulang, kini lebih banyak diam, bahkan sesekali minta berhenti dan bergumam,

“Bunda, aku cape, aku haus.”

“Hm,” jawabku sambil pikiran terus menerawang, bagaimana caranya agar akang bisa tamat syaum sampai magrib ? Seperti ada dua makhluk yang sedang berdebat.

-Akang kan masih kecil, masih TKA. Belum wajib syaum kok.

+ Iya memang belum wajib. Tapi pembiasaan itu harus diajarkan sedari kecil.

-Kan ga boleh maksa, biarkan tumbuh dengan kesadaran. Dan dia akan beribadah dengan kebutuhan. Buka aza dulu terus syaum lagi.

+kapan sadarnya. Yang  sudah baligh saja banyak godaan . Dan kalau sudah buka, ya batal.

-Tapi kan dia lemes, gimana kalau jadi sakit?

+kata ibuku juga, “Ga ada dalam sejarah dikisahkan, ada yang meninggal gegara melaksanakan syaum.”

+tapi kan Iman dulu sebelum amal….

            “Bunda, akang lapar, akang nanti boleh buka?’

Aku terkaget, ratusan lamunan begitu berkelebat melintas dalam pikiran. Aku menjawab seenaknya.

            “Nanti ya kang…”  jawabku menggantung.

Justru, saat lapar inilah moment terbaik untuk mengajarkan syaum, moment terbaik untuk berempati pada sipapa.

 Tak terasa pagar rumah kian mendekat. Apa yang bisa kulakukan agar akang bisa syaum sampai magrib? Aku hanya bisa berdoa agar aku tak salah melangkah.

“Bunda, akang haus, boleh buka?” saat pintu rumah terbuka. Agak lama aku terdiam memikirkan jawabannya. Dan tak henti-hentinya aku berdoa dan memohon petunjuk terbaik. Terlintas seonggok buku berjajar di lemari, serasa memberi jawaban.

“Bolehkah bunda punya permintaan?” ku katakan hati-hati. Akang mengangguk setuju.

“kita baca dua halaman buku Muhammad Teladanku dulu ya? Baru akang boleh buka. “ aku pasrah, apapun yang kelak terjadi setelah selesai membaca. Kuambil 1 jilid MuTe. Akang mengajak ku membaca sambil rebahan di kasurnya. Aku pun mulai membaca, sedapatnya saja, judul yang dia mau.

 Biasanya untuk menceritakan dua halaman butuh waktu lama, karena akang akan bertanya segala hal. Baik judulnya, atau ilustrasi gambarnya. Kali itu, aku membaca tanpa konsentrasi. Yang ada dalam benakku, bagaimana menunda keinginannya sesaat.

Dua halaman sudah tuntas kubaca. Aku agak bingung. Apakah akang tertidur? Kenapa dia terdiam? Aku harus sportif. Maka kuberanikan diri bertanya,

“Akang haus? Akang mau buka?”

Dia menggeleng tertunduk.

“Akang mau masuk syurga. ” katanya terbata dengan suara agak parau namun wajah yang bersungguh-sungguh meyakinkanku. Aku kaget mendengar jawabnnya.

Aku makin bingung. Segera saja buku MuTe kubaca ulang. Ya Allah, ternyata dibuku itu, dikisahkan seorang manusia yang masuk neraka, dan dengan amalan syaumnya, dia diangkat ke Syurga. Ya Allah, betapa berkisah itu sungguh besar dampaknya. Dengan kisah itu, akang kuat syaum sampai magrib. Trimakasih bang Eka dan tim Sygma. Apalah artinya harga premiumnya buku MuTe dengan pembelajaran yang kudapat hari itu. Alhamdulillah Akang dapat belajar menunda kesenangan sesaat. Kesenangan untuk mendapat kenikmatan saat berbuka nanti magrib, dan kenikmatan saat bertemu Rabb, kelak. Aamiin.  Alhamdulillah.

#syaumakangtkasampaimagrib

#sygmadayainsani

#tugaske3

#shcoolofmasterlandingpage

Produk Pilihan

Multi Set (24NR-RATU).

Detail
Rekomondasi Blog