Sepertiga isi AlQuran adalah sejarah. Sepertiganya turun di Mekkah. Kenapa Mekkah? Ini adalah pertanyaan yang sangat menarik. Kisah yang turun di Makkah karena fase Makkah adalah fase penguatan pondasi dan fase penguatan iman. Ulama terdahulu mempelajari kisah hidup Rasulullah, kisah Nabi dan Rasul serta para sahabat sebagaimana mereka mempelajari Al Quran. Kedua-duanya sangatlah penting.
Oh, sungguh berat membaca kisah ini sampai tamat. Beberapa orang yang sudah membaca mengaku banjir air mata bahkan sejak jilid ke 3. Ini bukan novel roman yang penuh rayuan gombal. Juga bukan dongeng Sang Putri yang selalu berakhir bahagia. Ini kisah agung tentang seorang panutan. Kisah tentang siapakah ini?
Sungguh bahagia bisa menyampaikan rasa kasih sayang lewat untaian kata-kata dengan bahasa cinta, datang dari kalbu, untuk menyentuh jiwa anak-anak calon penghuni surga, lewat pengenalan akhlak rasul mulia, Rasulullah ??????????? ???????? ?????????????? ?????????????????.
si ibu bertekad menumbuhkan cinta membaca dulu ke anak-anak, khususnya sirah nabawiyah atau sejarah nabi, agar dapat mengambil hikmah dan ibrah dari sirah tersebut. Sehingga dapat menumbuhkan akhlak dan karakter yang kuat dan mulia, khususnya dengan mencontoh uswatun hasanah, Nabi Muhammad shalallahu wa alaihi wasalam, juga kisah-kisah nabi-nabi Allah yang lain dan kisah para sahabiyah.
Kamu tau nang, etalase itu ibarat kamu, anaknya bunda yang dengan sangat hati-hati bunda jaga. Dengan doa, dengan nasihat, dengan ilmu, supaya kamu ga pecah atau hancur seperti kaca bila terjadi benturan.
Biasanya ketika kita marah apa ya tujuannya supaya nurut... tidak di ulangi... agar anaknya takut... tercapaikah?
Berkisah dengan membacakan buku tebal, pliis jangan sampai dibaca habis didepan anak-anak. Yang ada pasti anaknya kabor. Dan tidak bisa mencerna maksud dari kisah yang sedang kita bacakan. Paham sih, buku yang kita baca bagus dan bergizi, tapi, ada tapinya, jangan langsung telen isi buku yang tebel dalam sehari. Jangaaaan!!!
"Ada yang tau Rukun Iman", tanya seorang guru pada muridnya. Dengan sigap seorang anak menjawab lantang. "Saya bu guru. Rukun Iman kita percaya kepada Allaah, Malaikat, Rasul, Kitab, Kiamat, Qadha dan Qadhar". "Terbalik bu guru, kitab dulu baru percaya pada Rasul", seru anak yang lain. "Masa' siiiih, Rasul dulu baru Kitab", ujarnya bersikeras. Dan anak2 lain akhirnya saling dukung mendukung jawaban temannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga Mahalembut dalam memerintah dan melarang. Dia tidak membebani hamba-Nya dengan beban-beban yang banyak secara sekaligus. Tapi, berangsur-angsur dari satu kondisi kepada kondisi yang berikutnya sehingga jiwa siap menanggungnya dan tertata emosinya. Hal itu seperti turunnya perintah puasa fardlu, pengharaman khamar, riba dan lainnya.