Parenting dan Anak Sygma Daya Insani

Bahagia Jadi Ibu 24 Jam

Bahagia Jadi Ibu 24 Jam

Selasa, 24 April 2018 21:48 WIB | 48584 Views

Bahagia jadi Ibu selama 24 jam, mungkinkah ? Pekerjaan rumah yang menumpuk diiringi tangisan si bocah...

Bahagia Jadi Ibu 24 Jam

Bicara soal waktu, setiap kita pastilah paham betapa berharganya waktu. Setiap detik yang kita punya tak hanya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, namun juga setiap detik yang telah berlalu tak akan kembali lagi. Tinggalah penyesalan atas kesiaan waktu yang telah dilalui, atau kesyukuran atas kebermanfaatan waktu yang telah dijalani.

Nah, kali ini saya ingin berbagi tips tentang bagaimana mengalokasikan waktu sehari semalam yang kita punya. Bagaimana caranya ya ? Sehari waktu kita 24 jam. Sama untuk setiap ibu, di belahan bumi mana pun ia tinggal, apa pun pekerjaan atau aktivitasnya. Tapi kenapa ya sering ada ibu yang merasa kekurangan waktu ? Apakah karena terlalu banyak yang dikerjakan ? Apakah salah dalam skala prioritas ? Apakah memang lalai soal waktu ? Terlalu banyak berleha-leha..sering menunda-nunda pekerjaan ??

Coba kita buat daftar untuk seluruh aktivitas kita, misalkan kita sebagai ibu yang full di rumah.

1. Waktu menyelesaikan tugas kerumahtangaan , termasuk disini masak, nyuci nyetrika,beberes rumah.

2. Waktu mendampingi atau membersamai anak

3. Waktu untuk pengembangan diri, ibadah dan lain-lain, kerennya sering disebut 'me time'.

4. Waktu Sosial Kemasyarakatan

5. Waktu buat berdua dengan suami.

Katakanlah seperti diatas pembagian waktu yang kita buat. Maka kira-kira begini realisasinya...

1. Waktu menyelesaikan tugas kerumahtanggaan.

Tugas kita yang satu ini sering kali menghabiskan seluruh waktu kita. Sering orang bilang kalau pekerjaan rumah itu tidak ada habisnya. Dari bangun tidur pagi paling awal hingga tidur malam paling akhir. Itu pun seringnya sudah panjang daftar pe er untuk esok hari. Makanya sering kali dikatakan waktu 24 jam itu tidaklah cukup.

Yuk, jadikan diri kita manajer di rumah kita, bukan sekedar pekerja.Kalau ada anggaran lebih, sebagian tugas mungkin bisa didelegasikan kepada asisten rumah tangga. Atau distribusikan ke sekitar.Tumpukan baju yang belum disetrika bisa dialihkan ke laundry yang kita sreg dengannya.

Soal menu makan bisa disiapkan yang paling simpel tapi tetap terpenuhi gizinya. Nggak harus masak yang rumit-rumit. Sayur sop, telor ceplok atau dadar. Atau siapkan sambal kering tempe untuk 2 hari misalnya.

Standar kerapihan rumah bisa diturunkan alias jangan terlalu ideal, terutama kalau kita masih punya balita. Asalkan panci masih di dapur, mainan yang berantakan masih memberi ruang buat kita lewat, abaikan. Hihi. Bisa nggak ya ? Karena seringnya , kita tidak sabar saat melihat mainan berserakan. Inginnya buru-buru diberesin, padahal belum lama rapi eh sama anak sudah diberantakin lagi.

2. Waktu membersamai anak.

Jika anak belum sekolah, maka kita sering merasa seharian bersama anak. Padahal mungkin, anak seharian kita abaikan. Seharian kita bersama anak, tapi kita sibuk dengan pekerjaan rumah dan anak asyik dengan mainannya sendiri. Setiap kali anak mendekat, " Sebentar ya dek, ibu masak dulu ." atau "Sebentar ya dek, ibu cuci baju dulu...ibu nyetrika dulu.." Dan banyak sebentar yang lain.

Jadi , mari kita definisikan dengan benar arti dari membersamai anak. Bersama anak, artinya kita tidak bersama cucian, tidak bersama tumpukan setrikaan, tidak sedang upload dagangan di fb....

Bersama anak, maknanya kita benar-benar fokus dengan anak. Ibaratnya para ayah yang ngantor, ibu juga harus punya jam kantor yang jelas.

Buatlah batasan waktu, jam berapa tugas-tugas kerumahtanggaan mulai kita kerjakan dan harus selesai alias tutup kantor. Atau istirahat jam berapa.

Saat istirahat 'kantor' itulah saat anak bersama ibu. Ibu bisa membacakan buku cerita Balita Berakhlak Mulia, misalnya. Mengenalkan sisi-sisi keteladanan Rasulullah saw selama 10 menit saja. Mewarnai gambar bersama, menggunting kertas, bermain origami, mencari perbedaan gambar, mendengarkan ceritanya dan.. ah...banyak lagi aktivitas bersama yang asyik dengan ananda di rumah.

3. Waktu untuk diri sendiri (me time).

Menyediakan waktu untuk menenangkan diri, mengistirahatkan sejenak fisik dan pikiran dari segala kesibukan mengurus rumah dan keluarga.

Jangan salah ya Ibu, aktivitas ini tidak harus menghabiskan waktu yang lama, tak harus keluar rumah dan tak mesti mengeluarkan dana.

Namun, tetap saja, alangkah baiknya me time kita bukan sekedarnya. Sekedar bisa menikmati secangkir teh dan sepotong kue dengan tanpa interupsi bocah itu sesuatu banget. Bisa maskeran wajah dan luluran itu juga luar biasa. Bisa membaca buku atau bahkan menulis itu keren. Bisa menambah hafalan Al-Qur'an kita walau cuma seayat atau sekedar mengulang hafalan sungguh luar biasa. Bisa meluangkan waktu untuk tilawah sehari satu juz itu mantap.

Tapi , me time itu memang relatif bagi setiap ibu. Ada yang sudah sangat bahagia bisa ke kamar mandi tanpa harus diiringi tangisan anak di depan pintu kamar mandi. Ada yang penting bisa nambah hafalan Al-Qur'an. Ada yang ingin menyelesaikan membaca sebuah buku. Ya, begitulah. Setiap ibu itu unik.

4. Waktu Sosial Kemasyarakatan.

Tidak tahu apa istilah yang tepat, tapi pada intinya, penting buat ibu untuk berinteraksi dengan dunia di luar keluarga intinya, suami dan anak-anak. Entah itu arisan keluarga besar, arisan RT RW ataukah kegiatan kemasyarakatan lain yang ada di sekitar lingkungan rumah.

Berinteraksi dengan sekitar, seringkali membuat kita lebih memiliki rasa syukur, menyadarkan kita akan nikmat yang melimpah dari Allah SWT atas diri dan keluarga kita. Dan, mungkin juga membuat kita belajar kepada mereka yang lebih baik dari kita.

5. Waktu berdua dengan pasangan.

Ini saat yang harus disediakan buat lebih menjaga harmonisasi keluarga kecil kita ya Bu. Jangan melulu ngobrol soal biaya pendidikan yang terus bertambah, tagihan listrik dan pam ...atau genteng bocor dan pipa air yang rusak.

Sekali-kali diskusikanlah bersama pasangan kemana arah perahu cinta keluarga kita, Bu. Masihkah arah seperti harapan atau ujian ombak kehidupan telah merubah arah kemudi ?

Jalan-jalan berdua, tanpa harus keluar kota, sekedar keliling taman di dekat rumah, tanpa diinterupsi para bocah...hmm..mungkin bisa diagendakan setelah menitipkan anak-anak pada seseorang yang bisa dipercaya. Dan banyak lagi gaya komunikasi dengan pasangan, kitalah yang lebih tahu.

Lalu, apakah kelima poin diatas 'saklek'? Tentu tidak.

Kita mungkin bisa tetap bersama anak ditengah pekerjaan kita, tentu dengan melibatkan anak. Meminta anak mengadonkan tepung bakwan, memotong sayuran, mengupas bawang ..

Sederhana, tapi melatih kemandirian dan tanggung jawab anak-anak kita, Bu. Dan bukankah Rasulullah Saw sedari kecil juga bekerja membantu pamannya ?

Belajar mandiri seperti Rasulullah Saw perlu diterapkan di tengah keluarga kecil kita. Mungkin anak yang besar bisa membantu mencuci piring sambil ngobrol soal sekolah, guru dan temannya. Apakah si kakak atau abang sudah mulai suka dengan lawan jenis ? Obrolan santai yang membuat ibu lebih mengenal kondisi anak-anak.

Atau saling setor hafalan Al-Qur'an, saling menyimak bacaan Al Qur'an, Masya Allah, bahagianya keluarga kita,bu.

Jadilah ibu yang bahagia dengan segala tingkah polah anak-anak dan tumpukan pekerjaan yang menggunung. Karena bahagianya Ibu , insya Allah bahagia juga seluruh anggota keluarga .

Parenting dan Anak Lainnya
Produk Pilihan

Paket Wahana Bermain Anak Cerdas (WBA.

Detail
Rekomondasi Blog